Pada tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Probolinggo menetapkan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai prioritas utama, khususnya dalam sektor kesehatan dan pendidikan. Data pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun 2014, angka buta huruf pada anak usia sekolah dan usia produktif mencapai 73.679 jiwa. Meskipun angka ini menurun menjadi 55.599 jiwa pada tahun 2015, kondisi tersebut tetap menjadi perhatian serius. Hal ini mendorong pemerintah kabupaten untuk mengambil langkah strategis, termasuk melakukan evaluasi terhadap ketersediaan fasilitas pendidikan dan respons masyarakat.
Kabupaten Probolinggo, yang pada tahun 2015 menempati peringkat ke-32 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur dalam hal IPM, membutuhkan upaya serius untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Bupati Probolinggo pada waktu itu, Hj. Puput Tantriana Sari, SE., menjadikan peningkatan IPM sebagai fokus utama pemerintahannya. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah pendirian SMA Negeri 2 Kraksaan pada bulan Juli 2016. Sekolah ini menjadi SMA negeri ke-18 di Kabupaten Probolinggo dan didirikan untuk memberikan akses pendidikan yang lebih luas kepada masyarakat.
Pendirian SMA Negeri 2 Kraksaan tidak berjalan tanpa tantangan. Karena semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 sudah berjalan, sekolah ini awalnya tidak memiliki siswa. Untuk mengatasi hal ini, diadakan rapat koordinasi yang melibatkan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP se-Kabupaten Probolinggo. Para guru BK tersebut bertugas mendata dan mencari siswa SMP atau MTs yang putus sekolah atau drop out. Upaya ini berhasil mengumpulkan 32 siswa yang kemudian menjadi angkatan pertama SMA Negeri 2 Kraksaan.
Pada bulan Agustus 2016, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, Drs. Tutug Edi, MM., mengadakan pertemuan lanjutan di SMP Negeri 4 Kraksaan. Pertemuan ini dihadiri oleh pengawas SMA, kepala SMP, kepala SMA, kepala SMK, serta pejabat daerah setempat. Dalam acara tersebut, Kepala Dinas Pendidikan meresmikan berdirinya SMA Negeri 2 Kraksaan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Probolinggo Nomor 421/677/426.12/2016 tertanggal 1 Juni 2016. Drs. Kholis Hasyim, MM., yang saat itu menjabat sebagai Pengawas SMA, ditunjuk sebagai penanggung jawab operasional dan kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 2 Kraksaan.
SMA Negeri 2 Kraksaan awalnya menempati salah satu ruang kelas di SMP Negeri 4 Kraksaan. Meskipun secara organisasi kedua sekolah terpisah, mereka memiliki hubungan koordinatif yang erat karena berbagi lokasi yang sama. Kepala Dinas Pendidikan menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara Drs. Kholis Hasyim dan Dra. Nur Saidah, MM., Kepala SMP Negeri 4 Kraksaan, untuk memastikan keberlangsungan sekolah.
Siswa pertama SMA Negeri 2 Kraksaan berasal dari berbagai kecamatan dengan latar belakang sosial-ekonomi yang beragam. Sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu, dan beberapa di antaranya telah putus sekolah selama tiga tahun, bekerja sebagai buruh bangunan, atau bahkan sudah menikah. Penampilan mereka saat pertama kali masuk sekolah pun tidak seperti siswa pada umumnya, dengan gaya berpakaian dan sikap yang masih perlu dibina. Tantangan besar bagi SMA Negeri 2 Kraksaan adalah mengubah perilaku dan sikap siswa agar lebih sesuai dengan norma pendidikan.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar, Kepala Dinas Pendidikan menunjuk guru-guru dari SMP, SMA, dan SMK negeri terdekat. Para guru tersebut ditugaskan membantu proses belajar mengajar di SMA Negeri 2 Kraksaan, meskipun mereka tetap bertugas di sekolah asal. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri karena para guru harus membagi waktu antara sekolah induk dan SMA Negeri 2 Kraksaan.
Selama dua bulan pertama, Drs. Kholis Hasyim bertindak sebagai penanggung jawab sementara. Pada semester yang sama, SMA Negeri 2 Kraksaan akhirnya memiliki kepala sekolah definitif, yaitu Bapak Tjahjo Dwi Poetro, S.Pd., yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala Bidang Akademik/Kurikulum di SMA Negeri 1 Kraksaan. Pemerintah Kabupaten Probolinggo menilai beliau layak memimpin sekolah baru ini.
Pada awal berdirinya, jam belajar SMA Negeri 2 Kraksaan dilaksanakan pada pagi hari. Namun, seiring bertambahnya jumlah rombongan belajar (rombel), sekolah ini beralih ke sistem belajar siang hari mulai pukul 13.00 hingga 17.00 WIB. Hal ini dilakukan karena keterbatasan ruang kelas yang digunakan bersama dengan SMP Negeri 4 Kraksaan.Pada tanggal 13 Mei 2019, SMA Negeri 2 Kraksaan berhasil meluluskan 18 siswa angkatan pertamanya. Prestasi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah sekolah yang masih muda ini.
Dalam hal kurikulum, SMA Negeri 2 Kraksaan awalnya menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Namun, mulai tahun pelajaran 2018/2019, sekolah ini beralih ke Kurikulum 2013 sesuai dengan peraturan pemerintah. Pada tahun tersebut, kelas X menggunakan Kurikulum 2013, sementara kelas XI dan XII tetap menggunakan KTSP.
Dengan segala tantangan dan upaya yang dilakukan, SMA Negeri 2 Kraksaan terus berkembang dan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Probolinggo. Keberhasilan sekolah ini tidak lepas dari kerja keras seluruh pihak yang terlibat, mulai dari pemerintah, tenaga pendidik, hingga siswa-siswi yang berjuang untuk meraih masa depan yang lebih baik.